Qiyamullail adalah sumber kekuatan spiritual terbesar seorang muslim. Pelajari amalan, dalil, manfaat, pandangan ulama, serta kisah nyata yang menginspirasi.
Qiyamullail merupakan ibadah yang dilakukan pada malam hari, di mana seorang hamba meninggalkan kenyamanan tidurnya untuk berdiri di hadapan Allah Swt. Ibadah ini tidak sekadar berupa shalat, namun juga mencakup dzikir, doa, tilawah Al-Qur’an, dan berbagai bentuk penghambaan lainnya. Dalam Islam, qiyamullail dipandang sebagai kekuatan spiritual terbesar yang justru bekerja dalam keheningan, tanpa terlihat, namun menghasilkan dampak yang luar biasa besar dalam kehidupan seorang mukmin.
Allah Swt memuji orang-orang yang bangun malam dalam berbagai ayat. Salah satunya dalam QS. Al-Isra’ [17]: 79:
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
Ayat ini tegas menyatakan bahwa tahajud adalah ibadah ekstra (nafilah) yang bisa mengangkat derajat seorang hamba ke maqam yang terpuji. Para ulama menafsirkan bahwa gelar maqaman mahmuda berkaitan dengan kemuliaan di akhirat, juga peninggian derajat di dunia.
Dalam QS. As-Sajdah [32]: 16 Allah juga menyebut sifat orang salih:
“Lambung mereka jauh dari tempat tidur mereka dan mereka berdoa kepada Rabb mereka dengan rasa takut dan harapan…”
Ayat ini menggambarkan bahwa meninggalkan kenyamanan tidur bukanlah kelemahan, melainkan tanda kekuatan iman.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat malam.”
(HR. Muslim)
Hadits ini menegaskan nilai spiritual qiyamullail yang menduduki peringkat tertinggi setelah kewajiban.
Ada pula hadits tentang keistimewaan doa di waktu sahur:
“Rabb kita turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir lalu berfirman: Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, Aku beri. Siapa yang meminta ampun kepada-Ku, Aku ampuni.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Inilah rahasia mengapa banyak orang besar, ahli ibadah, dan pemimpin umat bangkit pada waktu ini: mereka mengetuk pintu yang paling sulit ditolak.
Qiyamullail bukan sekadar tahajud. Ia adalah rangkaian ibadah malam yang bisa dilakukan dengan beberapa amalan:
Dilakukan setelah tidur, minimal dua rakaat.
Jumlah rakaat bebas: 2, 4, 6, 8, hingga 11 atau 13.
Rasulullah paling sering shalat malam 11 rakaat (HR. Bukhari–Muslim).
Shalat penutup malam. Minimal 1 rakaat, maksimal 11 rakaat.
Nabi ﷺ bersabda:
“Jadikanlah witir sebagai penutup shalat malam kalian.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Membaca Al-Qur’an dalam shalat atau setelahnya.
Pada masa Nabi, qiyam sering disertai ayat yang panjang. Rasul ﷺ pernah membaca Surah Al-Baqarah, An-Nisa dan Ali Imran dalam satu rakaat (HR. Muslim).
Doa di penghujung malam sangat mustajab. Waktu terbaik adalah sepertiga malam terakhir hingga menjelang Subuh.

Dalam Ihya Ulumuddin, beliau menyebut qiyamullail sebagai “ketenangan jiwa dan penghapus noda hati.” Ia menekankan bahwa bangun malam melatih keikhlasan karena tidak ada yang melihat kecuali Allah.
Beliau berkata:
“Qiyamullail adalah makanan ruh. Jika ia ditinggalkan, ruh akan melemah sebagaimana tubuh yang tidak diberi makan.”
Ia menegaskan bahwa pemimpin, da’i, penuntut ilmu, dan pencari keberkahan hidup tidak akan kuat jika meninggalkan shalat malam.
Menjelaskan bahwa qiyam adalah ibadah utama untuk mendekatkan diri kepada Allah dan merupakan amalan khas orang saleh, baik di zaman Nabi maupun generasi sesudahnya.
Mengapa qiyamullail begitu dahsyat?
Pada malam hari, suara bising dunia berhenti. Pikiran lebih fokus. Hati lebih jernih. Kita berbicara dengan Allah tanpa gangguan perhatian manusia.
Pribadi yang terbiasa bangun malam akan:
Mudah mengendalikan hawa nafsu
Lebih disiplin
Tidak gampang stres
Mampu bersabar menghadapi masalah
Banyak orang bangun malam karena patah hati, diuji rezeki, atau kesepian. Qiyamullail mengubah rasa sakit menjadi energi spiritual, karena kita menyerahkan diri pada Dzat yang mengatur segalanya.
Sekalipun hidup modern penuh kesibukan, qiyamullail masih bisa dijalankan dengan langkah sederhana:
Bangun 15–20 menit sebelum Subuh. Shalat 2 rakaat lalu witir 1 rakaat.
Lebih baik rutin pendek daripada panjang tapi jarang.
Terapkan alarm 2 tahap:
alarm tidur (misalnya 22.00)
alarm bangun (03.30–04.00)
Blue light mengacaukan ritme tidur. Latih diri untuk digital detox minimal 30 menit sebelum tidur.
Hati yang tenang lebih mudah dibangunkan Allah untuk qiyam.
Jangan merasa gagal jika bolong. Setiap malam baru adalah peluang baru.
Seorang pengusaha kecil di Sukabumi, sebut saja Pak Haris, mengalami kejatuhan. Toko kelontongnya bangkrut karena pandemi. Utang menumpuk, keluarga murung, dan ia merasa tidak ada jalan keluar. Seseorang menyarankan agar ia bangun malam dan berdoa, meski ia sempat menganggapnya “tidak realistis”.
Malam pertama ia hanya shalat 2 rakaat dengan air mata. Malam kedua, ia memohon lagi, kali ini lebih lama. Ia mulai rutin: setiap malam 2 rakaat, kemudian bertambah menjadi 4 rakaat.
Selama 3 bulan, situasi finansial belum banyak berubah, tetapi jiwanya berubah total. Ia lebih tenang, pikiran lebih jernih, kreativitas muncul. Dari ide sederhana, ia memulai kembali usaha: jual bahan pokok online ke tetangga sekitar. Karena tetangga percaya padanya, pesanan meningkat. Ia kemudian bermitra dengan BAZNAS untuk memanfaatkan program UMKM binaan.
Hari ini, ia tidak lagi sekadar pulih—ia justru tumbuh.
Ketika ditanya rahasianya, ia menjawab:
“Saya nggak tahu bagaimana Allah membuka jalan, tapi saya yakin itu mulai dari saat saya bangun malam.”
Ini bukan cerita ajaib yang instan. Tetapi qiyamullail membuat jiwanya kuat, tenang, dan yakin. Ketika jiwa stabil—rezeki mengikuti.
Qiyamullail adalah senjata rahasia seorang mukmin. Ia bukan pamer kebajikan, bukan ritual sosial, bukan pujian manusia. Ia adalah hubungan pribadi paling jujur antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Hasilnya mungkin tidak instan, tetapi ia membangun pondasi kehidupan: konsistensi, ketenangan, kedisiplinan, dan iman yang teguh.
Bangunlah malam, walau hanya 2 rakaat.
Karena mungkin justru saat mata banyak orang tertutup, pintu rezekimu terbuka.
Setiap amal akan kembali kepada pemiliknya.
Jika engkau memberi karena Allah, maka Allah yang akan membalasmu.
Jika engkau memberi karena manusia, maka manusia-lah yang menjadi “ganjaranmu”—dan itu tidak sebanding dengan pahala Allah.
Yuk, berinfak dan menjadi muzaki cerdas melalui BAZNAS Kota Sukabumi.
Infak Anda akan menjadi ladang amal yang terus mengalir, meski Anda sedang tidur, bekerja, atau beribadah.
Di tangan lembaga yang amanah, yang Anda keluarkan tak hanya menjadi angka—ia menjadi doa, manfaat, dan kehidupan baru.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya mengenai qiyamullail melalui BAZNAS Kota Sukabumi dengan tema Dahsyatnya Qiyamullail
