Hidup tidak selalu mudah menurut Islam, tetapi selalu ada jalan. Artikel ini membahas ayat Al-Qur’an, hadis, pandangan ulama, cara konkret menghadapi kesulitan, motivasi untuk bangkit, serta kisah nyata inspiratif agar kita memahami bahwa setiap ujian membawa peluang dan hikmah.
Pendahuluan
Tidak ada manusia yang hidup tanpa tantangan. Ada masa ketika kita merasa tidak mampu, tidak punya solusi, atau seolah semua pintu tertutup. Namun ajaran Islam selalu mengingatkan: kesulitan bukan tanda kehancuran, tetapi tanda persiapan menuju kemudahan. Kesulitan adalah guru. Ia membentuk karakter, memperkuat iman, membangun logika berpikir, dan mengajarkan arti syukur yang sesungguhnya.
Allah tidak pernah membiarkan manusia hidup tanpa peluang untuk bangkit. Bahkan ketika kita benar-benar merasa di titik terendah, ada harapan yang tetap Allah sisipkan—kadang berupa ide kecil, kadang berupa orang yang hadir membawa bantuan, atau sekadar fasilitas yang selama ini kita abaikan.
Dasar Al-Qur’an: Di Balik Kesulitan Ada Kemudahan
Dalam Surah Asy-Syarh, Allah berfirman:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Asy-Syarh: 5–6)
Para mufassir banyak mengulas pengulangan ayat ini. Imam Al-Suyuthi menjelaskan bahwa pengulangan bukan kebetulan, melainkan penegasan waktu ruhani. Kesulitan datang sekali, tetapi kemudahan datang berkali-kali, dengan bentuk yang mungkin berbeda. Ada kemudahan yang berupa ketenangan hati, ada yang berupa keterampilan baru, ada pula yang berupa rezeki dan peluang usaha.
Ayat lain yang sangat terkenal:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Imam Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini sebagai bentuk penghormatan Allah kepada manusia: apa pun kesulitan yang datang, ia pasti sebanding dengan kapasitas jiwa, akal, dan kemampuan manusia itu sendiri. Jika ujian terasa berlebihan, mungkin karena kita belum melihat potensi diri secara penuh.

Hadis: Optimisme Rasulullah ﷺ
Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan optimisme sebagai prinsip hidup:
“Ketahuilah, kemenangan itu bersama kesabaran, jalan keluar itu bersama kesulitan, dan sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan.” (HR. Ahmad)
Hadis ini menjadi fondasi dalam menghadapi ujian. Kesabaran bukan berarti menerima nasib tanpa perjuangan, tapi menahan diri dari keputusasaan, menjaga sikap baik, dan tetap berusaha dalam batas kemampuan. Rasulullah ﷺ sendiri melalui masa-masa sulit: boikot ekonomi di Makkah, hijrah, perang, fitnah, dan kehilangan orang-orang yang beliau cintai. Namun beliau tidak pernah berhenti bergerak.
Pandangan Ulama: Jalan Hidup Tidak Lurus
Para ulama memahami kehidupan bukan sebagai garis lurus. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis bahwa Allah sering menutup satu pintu agar hamba mencari pintu lain yang lebih sesuai. Tanpa kesulitan, manusia akan merasa cukup, lalai, dan akhirnya jauh dari Allah.
Imam Syafi’i berkata:
“Barang siapa bersabar, ia akan memenangi urusannya.”
Kata “memenangi” sangat dalam. Menang bukan sekadar sukses finansial atau status sosial, tetapi menang terhadap diri sendiri: menang melawan rasa takut, menang melawan malas, menang melawan putus asa.
Begitu pula Imam Ghazali, beliau mengingatkan bahwa hikmah bukan datang dari kemudahan, tetapi dari proses menyusun pecahan-pecahan kegagalan menjadi pengalaman berharga.
Cara Nyata Menghadapi Hidup yang Tidak Mudah
1. Terima realita dengan hati yang beriman
Sering kali penderitaan terjadi bukan karena masalahnya besar, tetapi karena kita menolak kenyataan. Islam mengajarkan qanaah: menerima keadaan sambil tetap berusaha memperbaiki. Ketika manusia berhenti mengeluh dan mulai mengidentifikasi apa yang bisa dikontrol, pikiran menjadi lebih tenang dan produktif.
2. Jadikan kegagalan sebagai guru
Saat proyek gagal, hubungan tidak berjalan baik, atau rencana berantakan, jangan buru-buru menyalahkan takdir. Tanyakan: apa yang salah dalam strategi? ilmu apa yang kurang? keahlian apa yang perlu dikembangkan? Rasulullah ﷺ bahkan menyusun taktik baru setelah Perang Uhud—sebuah bukti bahwa kesalahan bukan sesuatu yang memalukan, selama kita belajar darinya.
3. Perbaiki hubungan dengan Allah
Tidak semua masalah bisa diselesaikan logika dunia. Ada beban yang hanya bisa ditenangkan dengan ibadah. Doa, dzikir, dan shalat tahajud menjadi obat yang kadang lebih mujarab dibanding keluhan panjang. Allah Maha Mendengar, bahkan ketika manusia tidak mendengarkan.
“Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (QS. At-Talaq: 2)
Takwa membuka pintu solusi dari arah yang tak terduga—peluang pekerjaan, teman baru, informasi baru, atau sekadar ketenangan batin untuk menyelesaikan satu hal demi satu hal.
4. Bangun lingkungan pendukung
Menghadapi hidup sendirian membuat masalah terasa lebih berat. Rasulullah ﷺ selalu bersama sahabat, para sahabat memiliki keluarga, jamaah, dan komunitas yang saling menopang. Lingkungan yang salah dapat melemahkan, lingkungan yang tepat dapat menyelamatkan. Pilih teman yang membangun, bukan yang meremehkan.
5. Bergerak meski langkah kecil
Langkah 1% setiap hari jauh lebih kuat daripada menunggu terobosan besar. Belajar skill baru 10 menit sehari, mengirim satu lamaran kerja, mulai bisnis kecil-kecilan, atau sekadar merapikan ruang kerja—semuanya adalah kemajuan nyata.
Setiap keberhasilan kecil memperkuat mental, seperti batu bata yang disusun menjadi jembatan menuju masa depan.
Kisah Nyata: Dari Bangkrut Menjadi Berkah
Ahmad, seorang pengrajin kayu di Bogor, kehilangan seluruh pelanggan saat pandemi. Semua investasi terasa sia-sia. Alih-alih tenggelam dalam kesedihan, ia mendekat kepada Allah, bertanya dalam doa: “Apa yang bisa saya lakukan dari sisa kemampuan saya?”
Ia menemukan ide kecil: membuat gantungan kunci dari limbah kayu. Murah, ringan, mudah dipacking. Ia mempelajari cara berjualan online melalui video gratis di internet. Awalnya pesanan hanya satu dua per minggu, tetapi ia terus konsisten. Rekaman proses produksi yang sederhana malah viral di media sosial—banyak orang tertarik membeli, bahkan sebagian menjadikannya souvenir acara.
Usahanya bangkit. Ia merekrut dua tetangga yang kehilangan pekerjaan. Dari kesulitan, lahirlah manfaat untuk banyak orang. Ahmad berkata:
“Saya berhenti bertanya: ‘Kenapa ini terjadi?’ dan mulai bertanya: ‘Apa yang bisa saya lakukan?’”

Penutup
Hidup tidak selalu mudah, tetapi setiap kesulitan membawa tanda-tanda jalan keluar. Allah tidak menciptakan ujian tanpa tujuan. Ada pelajaran, ada peluang, ada orang baik, ada waktu sholat yang menenangkan, ada keluarga yang mendukung, ada rezeki yang belum terlihat.
Tugas kita bukan menghapus kesulitan, tetapi menemukan jalan di dalamnya. Dengan iman, kesabaran, ilmu, dan usaha kecil yang konsisten, manusia akan selalu punya ruang untuk bangkit. Sesulit apa pun hidup hari ini, selalu ada jalan—bahkan jika jalannya dimulai dengan satu langkah saja.
Setiap amal akan kembali kepada pemiliknya.
Jika engkau memberi karena Allah, maka Allah yang akan membalasmu.
Jika engkau memberi karena manusia, maka manusia-lah yang menjadi “ganjaranmu”—dan itu tidak sebanding dengan pahala Allah.
Yuk, berinfak dan menjadi muzaki cerdas melalui BAZNAS Kota Sukabumi.
Infak Anda akan menjadi ladang amal yang terus mengalir, meski Anda sedang tidur, bekerja, atau beribadah.
Di tangan lembaga yang amanah, yang Anda keluarkan tak hanya menjadi angka—ia menjadi doa, manfaat, dan kehidupan baru.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya mengenai kehidupan melalui BAZNAS Kota Sukabumi dengan tema Hidup Tidak Selalu Mudah, Tapi Selalu Ada Jalan
