Kenikmatan yang Menipu bisa jadi tanda istidraj, ujian berupa kesenangan semu yang menjauhkan dari Allah. Pelajari ciri-ciri istidraj dan cara menghindarinya, serta jaga keberkahan harta dengan zakat, infak, dan fidyah melalui Baznas Kota Sukabumi.
Pernahkah sahabat melihat seseorang yang hidup bergelimang harta, penuh kemewahan, sehat, dan tampak bahagia, tetapi lalai dalam ibadah? Padahal di balik semua itu ada bahaya yang tersembunyi. Kenikmatan yang terlihat manis di dunia bisa saja merupakan istidraj, sebuah bentuk ujian dari Allah SWT yang menipu.
Secara bahasa, istidraj berarti sesuatu yang diberikan secara bertahap. Dalam istilah Islam, istidraj adalah kenikmatan lahiriah yang terus bertambah, namun pada saat yang sama kenikmatan batiniah seperti rasa syukur, iman, dan ketaatan kepada Allah justru berkurang atau dicabut.
Dengan kata lain, seseorang yang mendapatkan rezeki melimpah, kesehatan prima, dan kehidupan nyaman, tetapi tidak bersyukur dan malah semakin jauh dari Allah, bisa jadi ia sedang berada dalam jebakan istidraj.
Allah SWT sudah memperingatkan hal ini dalam firman-Nya:
“Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am: 44).
Ayat ini menegaskan bahwa kenikmatan dunia yang tidak dibarengi ketaatan bisa menjadi jalan menuju kehancuran.
Ada beberapa tanda yang bisa dikenali dari seseorang yang terkena istidraj, di antaranya:
Merasa hidupnya lancar meski jarang beribadah.
Tidak menyesal ketika meninggalkan ketaatan.
Tidak merasa berdosa saat melakukan maksiat.
Semakin jauh dari Allah, meski rezekinya melimpah.
Hatinya keras, tidak tersentuh dengan nasihat.
Ciri-ciri ini menunjukkan betapa berbahayanya istidraj, karena seseorang bisa merasa nyaman dalam kesesatan tanpa menyadari akibat buruk yang menantinya.
Sahabat mungkin bertanya: bagaimana membedakan antara nikmat sejati dan istidraj?
Jawabannya ada pada ketakwaan. Nikmat yang membawa kita semakin dekat kepada Allah, semakin taat dalam ibadah, dan semakin bersyukur adalah nikmat yang penuh keberkahan. Sebaliknya, jika kenikmatan membuat lalai, sombong, dan kufur, maka itu adalah istidraj.
Agar kita tidak terjebak dalam kesenangan semu, berikut beberapa cara menghindari istidraj:
Selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat.
Menjaga ibadah dengan ikhlas dan konsisten.
Bertaubat dari dosa-dosa dan memohon ampun.
Meninggalkan maksiat dan memperbaiki diri.
Berdoa agar dilindungi dari tipu daya syaitan.
Mengingat kematian dan mempersiapkan akhirat.
Berbuat baik kepada sesama dan lingkungan.
Rendah hati serta tidak sombong dengan nikmat.
Menuntut ilmu agama agar tidak terjerumus dalam kebodohan.
Bergaul dengan orang shalih yang bisa menasihati.
Bersedekah dan berinfak sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki.
Dengan langkah-langkah ini, kita bisa menjaga diri dari jebakan istidraj yang halus namun mematikan.
Di zaman modern, banyak orang yang mengukur kesuksesan hanya dengan harta, jabatan, atau popularitas. Padahal, keberkahan hidup tidak diukur dari seberapa banyak materi yang dimiliki, melainkan dari seberapa dekat kita dengan Allah.
Kita harus berhati-hati agar tidak terlena dengan gaya hidup yang menipu. Jangan sampai kesehatan, kelapangan rezeki, dan waktu luang justru menjauhkan kita dari ibadah.
Salah satu cara nyata untuk menjaga keberkahan nikmat adalah dengan menunaikan zakat, infak, dan fidyah. Harta yang disalurkan di jalan Allah akan menjadi benteng dari istidraj sekaligus membawa keberkahan dalam kehidupan.
Sahabat bisa menyalurkan zakat, infak, dan fidyah terbaik melalui Baznas Kota Sukabumi. InsyaAllah, harta yang ditunaikan akan menjadi amal jariyah yang terus mengalirkan pahala dan menjaga kita dari nikmat semu yang menipu.
👉 Tunaikan zakat, infak, dan fidyah sahabat sekarang juga melalui Baznas Kota Sukabumi.
Istidraj adalah kenikmatan yang menipu. Banyak orang merasa hidupnya baik-baik saja padahal sedang diuji dengan kelapangan dunia yang menjauhkan mereka dari Allah. Oleh karena itu, mari kita selalu waspada, bersyukur, memperbanyak ibadah, dan menjaga keberkahan dengan menafkahkan sebagian harta di jalan Allah.
Semoga Allah SWT melindungi kita dari istidraj dan menjadikan setiap nikmat sebagai jalan menuju ridha-Nya. Aamiin.
Topik tentang istidraj ini juga pernah diulas olehBaznas Kota Sukabumi melalui artikel berikut: Cara Mengenali dan Menghindari Istidraj