Takut dinilai saat ingin berubah menjadi lebih baik? Artikel ini membahas sisi positif dan negatif rasa takut itu menurut Islam, lengkap dengan dalil Al-Qur’an, hadis, dan pandangan ulama agar kamu lebih berani melangkah menuju perubahan.
Ingin berubah tapi takut dinilai orang? Tenang, kamu nggak sendirian. Banyak orang di luar sana yang ingin jadi pribadi yang lebih baik—lebih dekat sama Allah, lebih dewasa, lebih tenang—tapi mereka stuck karena takut dicibir, takut dikomentari, atau takut dianggap sok suci. Rasa ini wajar, tapi Islam punya pandangan yang bisa banget nge-boost hatimu buat tetap melangkah.
Allah SWT mengingatkan bahwa perubahan itu harus datang dari diri sendiri:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
Ini ayat yang sangat powerful. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa perubahan menuju kebaikan—meski kecil—adalah langkah pertama sebelum pertolongan Allah turun. Artinya, Allah menghargai setiap niatmu, bahkan sebelum perilaku itu terlihat oleh manusia.
Sentimen positif: Perubahanmu punya nilai besar meskipun orang lain menganggapnya kecil.

Kekhawatiran itu manusiawi. Bahkan kadang justru muncul karena kamu benar-benar ingin menjaga keikhlasan. Tapi rasa takut yang berlebihan bisa menjadi penghalang besar.
Sentimen negatif: Terlalu takut pada komentar orang bisa membuatmu tidak jadi berubah dan terus terjebak di zona yang tidak membawa manfaat.
Nabi SAW menegaskan:
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi)
Artinya, kamu tidak harus sempurna dulu untuk mulai berubah. Kamu tidak perlu nunggu jadi orang baik versi sempurna baru berani melangkah. Kamu cukup mulai saja.
Kita hidup di dunia yang penuh komentar. Bahkan kebaikan pun kadang dikomentari. Tapi ingat, penilaian manusia itu tidak menentukan nilai seorang hamba di sisi Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”
(HR. Muslim)
Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia sangat mudah terpengaruh oleh mulut manusia lain, padahal penilaian itu tidak punya bobot sama sekali di sisi Allah.
Jadi, kalau kamu berubah lalu orang ngomongin? Itu tidak mengurangi nilai perubahanmu sedikit pun.
Dalam Islam, perubahan itu tidak dilihat dari seberapa drastisnya, tapi seberapa konsisten kamu menjalaninya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara rutin meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari)
Mulailah dari hal-hal kecil, misalnya:
Menjaga shalat tepat waktu
Baca Al-Qur’an 5 menit sehari
Kurangi konten yang merusak hati
Perbanyak istighfar
Sering sedekah kecil
Perubahan kecil tapi konsisten itu jauh lebih kuat daripada perubahan besar tapi hanya sesaat.
Kadang orang yang mencibir justru sedang tidak nyaman melihatmu memperbaiki diri. Bisa jadi:
mereka iri,
mereka merasa “ditinggalkan”,
atau mereka belum siap melihat versi baikmu.
Dan lucunya, sering kali komentar mereka bukan tentang kamu—tapi tentang ketidaknyamanan mereka sendiri.
Allah sudah memberi sinyal bahwa orang beriman akan diuji:
“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan berkata: ‘Kami beriman’, sedangkan mereka tidak diuji?”
(QS. Al-Ankabut: 2)
Sentimen negatif: Komentar negatif dari orang lain bisa menjadi ujian, tapi bukan alasan untuk berhenti.

Ibnu Taimiyyah pernah berkata bahwa kekuatan terbesar seorang hamba adalah ketika ia ikhlas. Ketika kamu tulus berubah untuk Allah, penilaian manusia akan terdengar semakin kecil.
Para ulama juga sering mengingatkan bahwa siapa pun yang memulai perjalanan hijrah pasti akan diuji. Tapi ujian itu justru tanda bahwa kamu berada di jalan yang benar.
Jika kamu takut orang berkata, “Sok alim!”, ingatlah:
Yang penting bukan apa kata mereka, tapi apa kata Allah.
Kalau kamu dikelilingi orang yang suka mengomentari, meremehkan, atau mematahkan semangatmu, wajar kamu merasa takut berubah.
Tapi Islam mengajarkan kita memilih teman yang mendekatkan pada kebaikan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Seseorang itu mengikuti agama temannya. Maka hendaklah kalian melihat dengan siapa ia berteman.”
(HR. Abu Dawud)
Cari teman yang:
nggak nge-judge,
supportive,
mengingatkan dengan lembut,
dan ikut senang saat kamu memperbaiki diri.
Karena perubahanmu bukan hanya butuh niat, tapi juga lingkungan yang mendukung.
Kamu tidak diciptakan untuk hidup stagnan. Kamu tidak ditakdirkan untuk berhenti berkembang. Kamu boleh berubah kapan pun, semuda atau setua apa pun kamu.
Dan perubahanmu tidak harus diumumkan ke siapa pun. Cukup kamu dan Allah.
Kalau orang menilai kamu dari masa lalumu, itu urusan mereka.
Allah menilaimu dari niat dan usahamu hari ini.
Takut dinilai itu bukan tanda kelemahan—itu tanda kamu sedang berada di ambang perubahan besar. Tapi jangan biarkan rasa itu membatasi langkahmu. Islam memberikan dukungan penuh bagi siapa pun yang ingin memperbaiki diri.
Mulailah dari hal kecil, pertahankan konsistensi, jaga hati tetap ikhlas, dan ingat bahwa komentar manusia tidak menentukan apa pun dalam perjalanan spiritualmu.
Allah tahu perjalananmu dari awal hingga akhir.
Dan itu sudah lebih dari cukup.
Kamu dapat menyalurkan fidyah melalui lembaga resmi seperti BAZNAS Kota Sukabumi , yang menyalurkan fidyah, zakat, dan infak dengan amanah dan tepat sasaran. Semoga dengan menunaikan fidyah dengan benar, ibadah kita diterima Allah SWT dan menjadi jalan menuju keberkahan, ampunan, serta ridha-Nya.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya mengenai cara berubah tapi masih takut dinilai melalui BAZNAS Kota Sukabumi dengan tema Mau Berubah Tapi Takut Dinilai? Ini Perspektif Islam yang Bisa Nge-Boost Kamu. Ada juga nih satu lagi artikel yang bisa membantu kamu yang mau berhijrah dengan tema Hijrah Bukan Gagal, Kamu Hanya Belum Tahu Cara Memulainya.
