BAZNAS
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Program
    • Laporan
    • Kontak Kami
    • Pengaduan
  • PPID
  • Layanan
    • Rekening Zakat
    • Kalkulator Zakat
    • Konfirmasi Donasi
    • Channel Pembayaran
    • Jemput Zakat
  • Kabar
    • Semua
    • Artikel
    • Cerita Aksi
    • Press Release
  • Donasi
    • Bantuan Sosial
    • Tunaikan Sedekah Terbaikmu Hari Ini
  • ZAKAT
  • INFAK
  • ZAKAT Fitrah
  • FIDYAH
ZAKAT FITRAH
BAZNAS
  • Infak
  • Zakat
  • Fidyah
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil
    • Program
    • Laporan
    • Kontak Kami
    • Pengaduan
  • PPID
  • Layanan
    • Rekening Zakat
    • Kalkulator Zakat
    • Konfirmasi Donasi
    • Channel Pembayaran
    • Jemput Zakat
  • Kabar
    • Semua
    • Artikel
    • Cerita Aksi
    • Press Release
  • Donasi
    • Bantuan Sosial
    • Tunaikan Sedekah Terbaikmu Hari Ini

Antara Menjaga Perasaan Orang Lain atau Kejujuran: Mana Yang Harus Di Dahulukan?

17 Nov 2025
Artikel
Antara Menjaga Perasaan Orang Lain atau Kejujuran: Mana Yang Harus Di Dahulukan?

Antara Menjaga Perasaan Orang Lain atau Kejujuran: Mana yang Harus Didahulukan?

Artikel lengkap tentang dilema antara kejujuran dan menjaga perasaan menurut Islam, disertai dalil Al-Qur’an, hadits, kaidah fikih, dan pandangan ulama.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui situasi di mana kita harus memilih antara berkata jujur atau menjaga perasaan seseorang. Dua nilai ini sangat mulia dalam Islam: kejujuran (ṣidq) adalah akhlak para nabi, sementara menjaga hati (hifzh al-khawāṭir) adalah bagian dari adab sosial yang sangat dijunjung. Namun ketika keduanya bertemu dalam sebuah dilema, manakah yang harus diprioritaskan?

Untuk menjawabnya, ulama menegaskan bahwa tidak ada jawaban yang kaku. Islam memandang niat, konteks, maslahat, dan dampak dari setiap perkataan. Kejujuran tetap prinsip utama, namun cara dan situasi harus dipertimbangkan dengan hikmah.

Kejujuran dalam Al-Qur’an dan Hadits

BAZNAS Kota Sukabumi

Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.”
(QS. Al-Ahzab: 70)

Ayat ini menegaskan bahwa kebenaran adalah standar utama dalam ucapan seorang muslim. Namun, Al-Qur’an juga mengajarkan ucapan disampaikan dengan baik agar menjaga perasaan orang yang menerima ucapan kita:

“Dan ucapkanlah kepada manusia perkataan yang baik.”
(QS. Al-Baqarah: 83)

Hadits Nabi ﷺ juga menegaskan:

“Sesungguhnya kejujuran menunjuki kepada kebaikan, dan kebaikan menunjuki ke surga…”
(HR. Bukhari & Muslim)

Namun, dalam waktu yang sama Nabi ﷺ bersabda:

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Muslim)

Ini menunjukkan bahwa kejujuran tidak harus disampaikan dengan cara yang menyakiti—bahkan kadang diam lebih baik daripada ucapan benar yang menimbulkan mudharat.

Pandangan Para Ulama

Para ulama dari berbagai mazhab sepakat bahwa kejujuran adalah kewajiban, namun menjaga perasaan memiliki kedudukan mulia selama tidak mengandung dusta yang merugikan.

1. Imam Al-Ghazali

Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menjelaskan bahwa ucapan harus dipertimbangkan dari sisi manfaat dan mudharat. Ia menegaskan bahwa “tidak setiap kebenaran harus diungkapkan,” terutama bila menimbulkan permusuhan, fitnah, atau luka hati tanpa manfaat jelas.

2. Imam Nawawi

Dalam Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mengutip hadits “berkata baik atau diam,” dan beliau menegaskan bahwa diam bisa lebih utama bila ucapan benar tidak membawa maslahat. Namun jika ucapan benar itu mencegah kemungkaran, maka menyampaikannya menjadi wajib.

3. Ibn Taymiyyah

Ibn Taymiyyah menjelaskan: “Ucapan benar yang menyebabkan kezhaliman lebih besar tidak boleh diucapkan.” Prinsipnya adalah menolak mudharat lebih diutamakan daripada menarik manfaat.

4. Kaidah Fikih

Kaidah penting yang relevan adalah:

  • La darar wa la dirar — tidak boleh menimbulkan bahaya kepada orang lain atau diri sendiri.

  • Dar’ul mafasid muqaddam ‘ala jalbil mashalih — mencegah kerusakan lebih utama dibanding mendatangkan kebaikan.

Keduanya memberi petunjuk bahwa kejujuran harus menghindari dampak buruk yang tidak perlu.

Kapan Kejujuran Harus Didahulukan?

1. Ketika menyangkut hak orang lain

Dalam persoalan keuangan, kesaksian, pernikahan, amanah pekerjaan, atau urusan publik, kejujuran wajib disampaikan meski pahit.

2. Ketika ada bahaya atau kezaliman

Misalnya: melihat kecurangan, penipuan, atau perbuatan maksiat yang merusak. Dalam konteks ini, diam atau menjaga perasaan justru bisa menjadi dosa.

3. Ketika tujuannya memperbaiki

Jika tujuan ucapan adalah perbaikan (islah), maka ia termasuk nasehat. Cara penyampaiannya harus lembut, namun isinya tetap jujur.

Kapan Menjaga Perasaan Lebih Didahulukan?

1. Jika kebenaran hanya melukai tanpa manfaat syar’i

Contoh: kritik terhadap fisik, kesalahan kecil tanpa dampak hukum, atau mengungkap hal yang tidak wajib diketahui.

2. Ketika menghindari fitnah dan permusuhan

Jika kejujuran dapat memicu konflik besar yang tidak memberikan maslahat, menahan diri lebih utama.

3. Jika menyangkut rahasia pribadi yang tidak boleh disebarkan

Mengungkap aib seseorang tanpa kebutuhan syar’i termasuk ghibah yang jelas dilarang, maka lebih baik tidak diungkapkan demi menjaga perasaan.

4. Dalam konteks kebaikan rumah tangga

Ada beberapa bentuk “white lie” yang dibolehkan dalam Islam, seperti membahagiakan pasangan, sebagaimana disebutkan dalam hadits tentang tiga kondisi yang dibolehkan berkata tidak sepenuhnya apa adanya: dalam perang, mendamaikan, dan suami-istri (HR. Muslim).

menjaga perasaan orang atau kejujuran
BAZNAS Kota Sukabumi

Bagaimana Menyampaikan Kejujuran dengan Tetap Menjaga Perasaan?

Islam tidak hanya memerintahkan berkata benar, tetapi juga mengajarkan seni berbicara. Berikut prinsip yang diajarkan para ulama dan akhlak Nabi ﷺ:

1. Pilih waktu yang tepat

Kebenaran yang disampaikan saat seseorang sedang marah atau sedih dapat menjadi bumerang.

2. Gunakan bahasa lembut

Allah memerintahkan Nabi Musa & Harun untuk berkata lembut kepada Fir’aun (QS. Thaha: 44), padahal ia adalah penguasa yang paling zalim. Jika kepada Fir’aun saja demikian, apalagi kepada sesama muslim.

3. Fokus pada perilaku, bukan pribadi

Alih-alih berkata: “Kamu ceroboh,” lebih baik: “Sepertinya kita bisa lebih hati-hati lagi di bagian ini.”

4. Niatkan sebagai nasehat bukan kritik

Niat akan mempengaruhi nada bicara dan pilihan kata.

5. Sampaikan secara pribadi

Nasehat di hadapan umum bisa terasa seperti penghinaan.

Kesimpulan: Mana yang Lebih Didahulukan?

Kejujuran tetap berada pada posisi utama dalam Islam, namun cara dan waktu penyampaiannya harus memperhatikan adab dan maslahat. Islam mengajarkan keseimbangan: jujur namun lembut, benar namun bijaksana, tegas namun penuh kasih.

Jika kejujuran membawa kebaikan, tegakkanlah.
Jika kejujuran hanya menambah luka tanpa manfaat, tahanlah.
Di antara dua nilai mulia ini, Islam memilih hikmah—mengambil jalan terbaik sesuai kondisi.

Kamu dapat menyalurkan fidyah melalui lembaga resmi seperti BAZNAS Kota Sukabumi , yang menyalurkan fidyah, zakat, dan infak dengan amanah dan tepat sasaran. Semoga dengan menunaikan fidyah dengan benar, ibadah kita diterima Allah SWT dan menjadi jalan menuju keberkahan, ampunan, serta ridha-Nya.
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Untuk referensi bacaan singkat lainnya mengenai menjaga perasaan atau kejujuran melalui BAZNAS Kota Sukabumi dengan tema Antara Menjaga Perasaan Orang Lain atau Kejujuran: Mana Yang Harus Di Dahulukan?

BAZNAS Kota Sukabumi
Share

Baca Juga

Artikel
MENGHADAPI KELUARGA TOXIC,TRAUMA,EMOTIONAL ABOUSE : BERKACA DARI KISAH PARA NABI
13 Aug 2025
Artikel
Antara Menjaga Lisan dan Berpendapat: Bagaimana Islam Mengatur Batasnya?
17 Nov 2025
Artikel
Antara Tawakal dan Ikhtiar: Menemukan Keseimbangan dalam Hidup Seorang Muslim
17 Nov 2025
Artikel
Etika Meminta Maaf dan Keutamaan Memaafkan dalam Islam
17 Nov 2025
Artikel
Upgrade Diri atau Upgrade Gaya Hidup? Menentukan Pilihan yang Bijak dalam Perspektif Islam
14 Nov 2025
Artikel
Antara Kerja Keras dan Kesehatan: Mana yang Harus Diprioritaskan?
14 Nov 2025
Artikel
Mana yang Harus Didahulukan: Kebutuhan atau Keinginan?
14 Nov 2025
BAZNAS Gedung Islamik Center, Jl. Veteran II No.2, Gunungparang, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43111
(0266) 6245222

Kenali Kami

  • Tentang Kami
  • Syarat & Ketentuan
  • Kebijakan Privasi
  • Hubungi Kami

Layanan

  • Rekening Zakat
  • Konfirmasi Donasi
  • Kalkulator
  • Channel Pembayaran
  • Jemput Zakat

Donasi

  • Program
  • Zakat
  • Infak
  • Fidyah

Ikuti Kami

  • Baznas Kota Sukabumi
  • Baznas Kota Sukabumi
  • Baznas Kota Sukabumi
  • Baznas Kota Sukabumi
© 2025 - Baznas Kota Sukabumi