Makna dan Hikmah Nuzulul Qur’an — peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira yang menjadi awal cahaya Islam. Temukan nilai spiritual, sejarah, dan pesan ilmu dalam momen suci ini bersama BAZNAS Kota Sukabumi.
Makna dan Hikmah Nuzulul Qur’an — peristiwa turunnya wahyu pertama di Gua Hira yang menjadi awal cahaya Islam. Temukan nilai spiritual, sejarah, dan pesan ilmu dalam momen suci ini bersama BAZNAS Kota Sukabumi.
Al-Qur’an bukan hanya kitab suci bagi umat Islam, tetapi juga sumber pedoman dan petunjuk hidup yang sempurna. Di dalamnya terkandung ajaran moral, sosial, dan spiritual yang mampu menuntun manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Sejarah turunnya Al-Qur’an bermula dari sebuah peristiwa agung yang dikenal dengan Nuzulul Qur’an — momen ketika wahyu pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Peristiwa ini bukan hanya menandai awal kerasulan beliau, tetapi juga menjadi titik awal lahirnya peradaban Islam yang membawa perubahan besar bagi dunia.
Secara bahasa, Nuzulul Qur’an berasal dari kata nazala yang berarti “turun” dan Al-Qur’an yang berarti “bacaan”. Jadi, Nuzulul Qur’an berarti “turunnya Al-Qur’an”. Peristiwa ini terjadi pada malam tanggal 17 Ramadhan, di Gua Hira, sebuah gua kecil di puncak Jabal Nur, sekitar 6 kilometer dari Kota Mekkah. Pada saat itu, Rasulullah SAW berusia sekitar 40 tahun dan sering mengasingkan diri untuk beribadah serta merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta.
Kehidupan masyarakat Quraisy kala itu masih diliputi kegelapan jahiliyah. Penyembahan berhala, penindasan terhadap kaum lemah, serta ketidakadilan sosial menjadi hal yang lumrah. Rasulullah, dengan hati yang suci, sering kali merasa gelisah melihat kondisi tersebut. Dalam keheningan Gua Hira, beliau beribadah dan mencari kebenaran sejati, hingga akhirnya datanglah malam penuh cahaya yang mengubah segalanya.

Pada malam itu, Malaikat Jibril datang membawa perintah dari Allah SWT. Ia berkata kepada Rasulullah SAW:
“Iqra’!” — Bacalah!
Namun Rasulullah menjawab, “Saya tidak bisa membaca.” Jibril kemudian memeluk beliau erat hingga tiga kali dan membacakan lima ayat pertama dari Surah Al-‘Alaq:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ (1)
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ (2)
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ (3)
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ (4)
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ (5)
Artinya:
Ayat-ayat ini mengandung pesan mendalam bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Perintah “Iqra” menunjukkan pentingnya membaca, memahami, dan meneliti sebagai jalan menuju iman dan kemajuan. Sejak saat itu, Rasulullah SAW menerima misi kenabian, yakni menyampaikan risalah Allah kepada seluruh umat manusia.
Setelah kejadian itu, Rasulullah SAW pulang ke rumah dalam keadaan gemetar dan ketakutan. Beliau berkata kepada istrinya, “Selimuti aku! Selimuti aku!” Khadijah RA, yang dikenal sebagai istri penuh kasih dan beriman, segera menenangkan beliau dan mendengarkan kisah yang baru terjadi. Dengan lembut ia berkata, “Tenanglah, wahai suamiku. Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau selalu menolong orang lain, menyambung silaturahmi, dan menegakkan kebenaran.”
Untuk menenangkan hati Rasulullah, Khadijah kemudian membawa beliau menemui Waraqah bin Naufal, sepupunya yang dikenal sebagai pendeta Nasrani dan ahli kitab. Setelah mendengar kisah itu, Waraqah berkata, “Sesungguhnya yang datang kepadamu adalah Namus (Malaikat Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Musa. Engkau adalah nabi umat ini.” Ucapan itu semakin meneguhkan hati Rasulullah bahwa wahyu yang diterimanya benar-benar datang dari Allah SWT.
Al-Qur’an tidak turun sekaligus, tetapi berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, sesuai dengan perjalanan dakwah Rasulullah SAW. Sebagian ayat diturunkan di Mekkah (Makkiyah) dan sebagian lainnya di Madinah (Madaniyah).
Turunnya wahyu secara bertahap memiliki beberapa hikmah, di antaranya:
Dengan demikian, Al-Qur’an bukan hanya bacaan suci, melainkan juga panduan hidup yang hidup — relevan di setiap zaman dan keadaan.
Peringatan Nuzulul Qur’an bukan hanya sekadar mengenang peristiwa sejarah, tetapi juga momentum untuk meneguhkan kembali kecintaan dan kedekatan kita terhadap Al-Qur’an. Dari peristiwa agung ini, ada beberapa hikmah besar yang dapat kita ambil:
Nuzulul Qur’an adalah momen monumental yang menandai awal turunnya petunjuk Allah kepada umat manusia. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an, membacanya dengan hati, memahami maknanya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra’ ayat 9:
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
Melalui semangat Nuzulul Qur’an, marilah kita hidupkan kembali budaya membaca dan mencintai Al-Qur’an. Jadikanlah ia sebagai sumber kekuatan, cahaya hati, dan pedoman utama dalam setiap langkah kehidupan. Sebab, hanya dengan Al-Qur’an-lah manusia akan menemukan kedamaian sejati dan kebahagiaan yang abadi.
Mari sempurnakan rasa syukur dan kepedulian kita dengan berbagi melalui zakat, infak, dan fidyah.
Salurkan amal terbaikmu melalui BAZNAS Kota Sukabumi untuk membantu mereka yang membutuhkan dan menebar keberkahan di tengah masyarakat.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya mengenai nuzulul quran melalui BAZNAS Kota Sukabumi dengan tema Nuzulul Qur’an, Peristiwa Turunnya Wahyu yang Mengubah Dunia
