Dalam perjalanan hidup, ada masa ketika hati tergerak untuk berubah menjadi lebih baik. Keinginan itu sering disebut hijrah. Namun banyak orang merasa gagal sebelum benar-benar memulai. Baru beberapa hari mencoba meninggalkan kebiasaan buruk, tiba-tiba kembali terjatuh. Baru mulai rajin ibadah, lalu futur lagi. Pada akhirnya muncul perasaan: “Kayaknya aku gagal hijrah.”
Padahal kamu bukan gagal—kamu hanya belum tahu cara memulainya dengan benar.
Hijrah dalam Islam bukan perubahan instan. Para sahabat pun melalui proses panjang. Allah tidak meminta hambanya menjadi sempurna dalam sehari, tetapi meminta kesungguhan dan langkah berkelanjutan.
Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, pasti Kami akan beri mereka petunjuk kepada jalan-jalan Kami.”
(QS. Al-Ankabut: 69)
Imam Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan hidayah turun sesuai kadar kesungguhan, bukan sesuai cepatnya perubahan. Artinya, kalau kamu merasa terjatuh, itu bukan berarti gagal, tetapi bagian dari proses menempa diri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.”
(HR. Tirmidzi)
Hadits ini adalah bukti bahwa kesalahan bukan kegagalan. Ulama besar seperti Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa Allah mencintai hamba yang kembali setelah jatuh, bukan yang tidak pernah jatuh. Jadi ketika kamu terjatuh setelah mencoba hijrah, itu justru tanda kamu sedang berusaha, bukan berhenti.
Seorang ulama, Sahl At-Tustari, pernah berkata:
“Langkah pertama menuju Allah adalah menyadari kelemahan diri.”
Jika kamu merasa berat berubah, merasa sering salah, merasa belum kuat — itu artinya hatimu sedang digerakkan Allah untuk memperbaiki diri.
Banyak orang merasa gagal berubah karena memulai dengan langkah yang terlalu besar. Hari pertama sudah bertekad meninggalkan semua kebiasaan buruk sekaligus. Padahal Rasulullah ﷺ mengingatkan:
“Amalan yang paling Allah cintai adalah yang paling konsisten, meski sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Asy-Syafi’i menjelaskan bahwa amalan kecil yang dijaga terus lebih kuat pengaruhnya pada hati dibanding amalan besar yang hanya sesaat.
Jadi, hijrah itu bukan langsung melompat tinggi. Tapi bertahap:
dari 0% shalat jadi 50%,
dari 50% jadi 80%,
dari malas ngaji jadi 1 halaman per hari,
dari maksiat berat jadi perlahan meninggalkannya.
Perubahan kecil tetap dihitung Allah. Bahkan itu lebih disukai-Nya.
Sering kali seseorang merasa gagal hijrah bukan karena dirinya lemah, tetapi karena lingkungan tidak mendukung. Islam sangat menekankan pentingnya memilih teman.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seseorang mengikuti agama temannya. Maka perhatikanlah siapa yang kamu jadikan teman.”
(HR. Abu Dawud)
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa teman adalah “cermin hati”, dan manusia akan terbentuk seperti lingkungan terdekatnya.
Maka jika ingin memulai hijrah:
cari circle yang mendukungmu jadi baik,
temukan teman yang mau belajar agama bareng,
ikuti kajian, komunitas muslimah/muslim, atau grup ngaji,
jauhi teman yang menarikmu kembali ke kebiasaan buruk.
Kamu tidak diciptakan untuk berjuang sendirian.

Perubahan menuju kebaikan memang berat, karena hakikatnya adalah perang melawan hawa nafsu—dan justru rasa berat itulah tanda bahwa langkahmu benar. Allah berfirman:
“Barang siapa takut kepada Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka surgalah tempat tinggalnya” (QS. An-Nazi’at: 40–41).
Ibn Qayyim berkata bahwa musuh terbesar manusia adalah nafsunya sendiri, dan ketika seseorang berhasil melawannya, Allah akan menguatkan tekadnya. Jadi jika kamu merasa sulit meninggalkan kebiasaan buruk, berat memulai ibadah, atau berat menahan diri, itu bukan kegagalan—itu bukti bahwa kamu sedang berjuang seperti semua orang beriman.
Banyak orang memulai perubahan dari yang terlihat: pakaian, gaya hidup, atau bahasa yang lebih agamis. Itu tidak salah, tapi bukan fondasi utama.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Ibn Rajab menjelaskan bahwa segumpal daging itu adalah hati, dan hijrah yang benar dimulai dari:
membersihkan niat,
memperbaiki hubungan dengan Allah,
memperkuat iman melalui ibadah dasar.
Jika hati sudah kuat, perubahan lain akan mengikuti dengan sendirinya.
Ulama besar Imam Hasan Al-Bashri berkata:
“Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tapi berpindah hati dari maksiat menuju taat.”
Bahkan niat yang tulus pun sudah bernilai besar di sisi Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi kalau kamu baru mulai dengan niat, baru mencari-cari cara, baru berusaha menguatkan diri — itu saja sudah langkah yang sangat berharga.
Setelah memahami bahwa hijrah bukan kegagalan, ada dua hal penting yang sering membuat banyak orang merasa berat: istiqamah dan tarikan masa lalu. Dua hal ini wajar dialami, dan ulama sejak dulu sudah banyak memberikan nasihat tentang keduanya.
Perubahan bukan hanya tentang memulai, tetapi juga menjaganya. Dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan:
“Maka istiqamahlah kamu sebagaimana diperintahkan.”
(QS. Hud: 112)
Ayat ini sangat tegas, sampai-sampai para ulama mengatakan ayat ini termasuk yang paling berat bagi Rasulullah ﷺ. Imam Ibn Taymiyyah menjelaskan bahwa istiqamah berarti tetap berada di jalan ketaatan tanpa condong ke kanan maupun kiri, meski godaan datang dari segala arah.
Namun perlu dipahami bahwa istiqamah bukan berarti tidak pernah goyah. Ibnu Qayyim berkata:
“Istiqamah itu bukan tidak jatuh, tapi selalu kembali setiap kali terjatuh.”
Jadi jika kamu sedang berusaha berubah lalu futur, lalu bangkit lagi — itu namanya istiqamah. Selama hati tetap ingin kembali kepada Allah, kamu tetap di jalur hijrah.
Banyak orang merasa perubahannya “gagal” saat masa lalu datang lagi—teman lama, kebiasaan lama, atau godaan yang sulit ditinggalkan—padahal tarikan masa lalu justru ujian untuk menguatkanmu. Allah berfirman:
“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan berkata ‘kami beriman’ sedangkan mereka belum diuji?” (QS. Al-Ankabut: 2).
Ulama menjelaskan bahwa ujian adalah tanda seseorang sedang berada di jalan iman, sehingga ketika masa lalu terus mengejar, itu berarti Allah sedang menguji kesungguhan hijrahmu. Rasulullah ﷺ pun bersabda:
“Surga itu dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai” (HR. Muslim).
Maka wajar jika hijrah terasa berat—berat bukan tanda salah, tapi tanda bahwa jalanmu sudah benar.
Perubahan besar dalam hidup sering dimulai bukan karena seseorang sudah kuat, tetapi karena ia lelah—lelah dengan dosa, luka batin, dan kekosongan hidup. Perjalanan kembali kepada Allah adalah proses penyembuhan hati, sebagaimana firman-Nya:
“Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang” (QS. Ar-Ra’d: 28).
Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa maksiat menggelapkan hati, sementara ketaatan menghadirkan cahaya. Karena itu, perubahan menuju kebaikan bukan sekadar berganti perilaku, tetapi cara Allah menuntun hati kembali pada cahaya-Nya—membuat dosa terangkat, hati lebih ringan, hidup lebih terarah, dan jiwa menemukan pulangnya. Jika hidup terasa hampa, itu tanda hatimu sedang memanggilmu kembali kepada Allah.
Hijrah tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan diri sendiri. Hidayah milik Allah, dan Allah-lah yang menguatkan.
Berikut doa-doa yang paling sering diajarkan ulama untuk mengokohkan hati dalam proses hijrah:
Rasulullah ﷺ yang paling suci hatinya pun sering membaca ini:
“Yā Muqallibal Qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.”
Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hatiku di atas agama-Mu.
(HR. Tirmidzi)
“Allāhumma ihdinī wa saddidnī.”
Ya Allah, berilah aku petunjuk dan kokohkan aku di jalan yang lurus.
(HR. Muslim)
“Allāhumma inni a’ūdzu bika min syarri nafsī.”
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari keburukan nafsuku sendiri.
“Rabbighfir lī wa tub ‘alayya, innaka anta at-Tawwābur-Rahīm.”
(QS. Al-Baqarah: 128)
Membaca doa-doa ini setiap hari akan menjadi bahan bakar ruhani yang membuat hijrah terasa lebih kuat dan stabil.
Banyak orang merasa hijrahnya gagal bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena membuat beberapa kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Berikut kesalahan yang paling sering terjadi:
Perubahan drastis sering berujung putus asa. Islam mengajarkan bertahap, bukan ekstrem. Ulama mengatakan: “Yang tiba-tiba biasanya cepat hilang.”
Banyak yang semangat hijrah karena tersentuh ceramah atau lagi dapat ujian hidup, tetapi tidak menjaga ilmunya. Begitu suasana hati berubah, semangat padam.
Memperbaiki penampilan itu bagus, tapi jika hati belum siap, perubahan sering tidak bertahan lama. Hijrah idealnya dimulai dari niat dan hati, baru merambat ke luar.
Ada yang menunda hijrah karena takut dikatain “sok alim”, “sebentar lagi balik lagi”, atau “gak konsisten”. Padahal yang penting hanyalah bagaimana Allah menilai.
Banyak yang hijrah sendirian, tanpa teman yang mendorong. Rasulullah ﷺ sudah memperingatkan bahwa iman bisa naik turun — lingkungan baik adalah penjaga keistiqamahan.
Kesalahan kecil dianggap kegagalan besar. Padahal jatuhnya seseorang justru adalah cara Allah mengajarkan kerendahan hati.
Setiap perjalanan berbeda. Ada yang cepat, ada yang lambat. Yang penting bukan kecepatannya, tapi arahnya.
Hijrah bukan perlombaan menjadi sempurna, bukan pula perjalanan tanpa jatuh. Hijrah adalah proses panjang yang menguatkan hati, membersihkan jiwa, dan membawa seseorang semakin dekat dengan Allah sedikit demi sedikit. Jatuh, futur, kembali berusaha, merasa berat, bahkan digoda masa lalu—semua itu bukan tanda kamu gagal. Justru itulah bukti bahwa kamu sedang berjalan. Allah melihat setiap usaha kecilmu, setiap air mata yang kau sembunyikan, dan setiap niat baik yang mungkin belum terwujud sepenuhnya. Selama hatimu masih ingin kembali kepada Allah, selama kamu terus belajar bangkit, maka kamu tetap berada di jalan hijrah.
Sebagai bentuk penyempurna ikhtiar hijrah, jangan lupa memperbanyak amal kebaikan. Salah satu amal yang paling dianjurkan dan paling cepat membersihkan hati adalah sedekah. Sedekah membuka pintu rezeki, menenangkan jiwa, dan menjadi bukti bahwa hatimu sedang bergerak menuju Allah.
Yuk jadikan hijrahmu lebih bermakna dengan bersedekah melalui lembaga resmi yang amanah, seperti BAZNAS Kota Sukabumi. Kamu bisa tunaikan sedekah dengan mudah melalui website resminya: https://baznaskotasukabumi.com/
Semoga setiap langkah hijrahmu diberkahi, diluruskan, dan dikuatkan oleh Allah, serta dibalas dengan kelapangan rezeki, ketenangan hati, dan pahala yang terus mengalir hingga akhirat. Aamiin.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya kunjungi artikel BAZNAS Kota Sukabumi yang mengulas tema Hijrah Bukan Gagal, Kamu Hanya Belum Tahu Cara Memulainya
Dan ada juga referensi lain dengan tema Mau Berubah Tapi Takut Dinilai? Ini Persfektif Islam Yang Bisa Ngeboost Kamu
