I’tikaf di bulan Ramadan memiliki keutamaan besar, terutama di 10 malam terakhir. Simak tata cara, adab, dan manfaat i’tikaf untuk meraih Lailatul Qadar.
I’tikaf merupakan salah satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk umat Islam, khususnya di bulan Ramadan. Amalan ini memiliki keutamaan besar karena Rasulullah SAW senantiasa melaksanakannya, terutama pada 10 malam terakhir bulan Ramadan untuk mencari malam Lailatul Qadar.
Secara bahasa, kata i’tikaf berasal dari bahasa Arab ‘akafa yang berarti menetap atau berdiam diri. Secara syariat, i’tikaf berarti berdiam diri di masjid dengan niat khusus untuk beribadah kepada Allah Swt, menjauhkan diri dari kesibukan dunia, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Secara bahasa berarti berdiam diri, sedangkan secara syariat adalah berdiam diri di masjid dengan niat ibadah.
Dalil mengenai anjuran i’tikaf terdapat dalam Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 125:
“Dan (ingatlah) ketika Kami menjadikan rumah itu (Ka‘bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan (ingatlah ketika Aku katakan), ‘Jadikanlah sebagian Maqam Ibrahim) sebagai tempat salat.’ Dan Kami wasiatkan kepada Ibrahim dan Ismail, ‘Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang rukuk dan sujud.’” (QS. Al-Baqarah: 125)
Ayat ini menegaskan bahwa i’tikaf adalah ibadah yang agung, dilakukan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Swt di rumah-Nya.
Mayoritas ulama sepakat bahwa hukum amalan ini adalah sunnah muakkadah, yakni sunnah yang sangat ditekankan. Meski tidak wajib, sangat dianjurkan bagi setiap Muslim, terutama di bulan Ramadan.
Namun, bisa menjadi wajib apabila seseorang bernazar. Misalnya, berniat: “Jika doa saya dikabulkan, saya akan berdiam diri satu hari di masjid.” Dalam kondisi ini, ibadah tersebut wajib dilakukan karena terikat nazar.
Pendapat ulama empat mazhab:
Syafi’i dan Maliki: sunnah, lebih utama di Ramadan.
Hanafi dan Hanbali: sunnah, tetapi bisa wajib jika dinazarkan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari no. 2017, Muslim no. 1169)
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan (QS. Al-Qadr: 3). I’tikaf pada 10 malam terakhir Ramadan menjadi salah satu cara terbaik untuk mendapatkan keberkahan malam tersebut.
Dengan berdiam diri di masjid, seorang Muslim bisa lebih fokus pada ibadah, membaca Al-Qur’an, berdzikir, bertafakur, dan memperbanyak doa. Hal ini membantu membersihkan hati dari urusan duniawi dan menguatkan ikatan ruhani dengan Allah Swt.
Rasulullah SAW selalu melaksanakan i’tikaf pada 10 malam terakhir Ramadan hingga beliau wafat. Hal ini menunjukkan betapa besar keutamaan i’tikaf dan pentingnya mengikuti teladan beliau dalam menghidupkan malam Ramadan dengan penuh ibadah.
Niat dan Keikhlasan
Amalan ini harus dilandasi niat tulus hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan karena ingin dipuji atau sekadar tradisi.
Berdiam di Masjid
Tempat utama untuk melaksanakan ibadah ini adalah masjid, sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Berdiam diri di rumah tidak memenuhi syarat yang sah.
Mengisi Waktu dengan Ibadah
Masa pelaksanaan sebaiknya diisi dengan membaca Al-Qur’an, shalat sunnah, berdzikir, berdoa, dan memperbanyak amal shalih. Tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang melalaikan.
Menjaga Kebersihan dan Adab
Seorang yang melaksanakannya harus menjaga kesucian masjid, sopan santun, serta tidak mengganggu jamaah lain. Adab ini merupakan bagian dari kesempurnaan ibadah.
Meningkatkan Kualitas Ibadah
Amalan ini memberikan kesempatan bagi seorang Muslim untuk lebih mendalami makna ibadah, memperbanyak dzikir, dan memperkuat keimanan.
Mendekatkan Diri kepada Allah
Dengan menjauhkan diri dari kesibukan dunia, seorang hamba akan menumbuhkan kedekatan spiritual yang lebih intens dengan Sang Pencipta.
Membentuk Karakter Tenang
Kegiatan ini mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan ketenangan jiwa. Muslim yang terbiasa melakukannya akan lebih mudah mengendalikan hawa nafsu dan emosi.
Meraih Keberkahan Ramadan
Praktik sunnah ini menjadikan Ramadan semakin bermakna, karena memberikan kesempatan untuk meraih malam penuh keberkahan, yaitu Lailatul Qadar.
Selain memperkuat hubungan dengan Allah, amalan ini juga membawa manfaat sosial. Sesama jamaah saling mengingatkan, mempererat ukhuwah Islamiyah, serta menumbuhkan kepedulian.
Secara spiritual, hati menjadi lebih tenang, jiwa lebih sabar, dan pikiran lebih jernih menghadapi masalah kehidupan.
Amalan berdiam diri di masjid pada bulan Ramadan adalah ibadah sunnah yang penuh makna, terutama di 10 malam terakhir. Dengan memperbanyak doa, membaca Al-Qur’an, serta menjaga adab, seorang Muslim bisa meningkatkan kualitas ibadah sekaligus meraih ketenangan jiwa. Rasulullah SAW telah mencontohkan amalan ini sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah Swt, memperkuat iman, dan memperbaiki akhlak.
Sebagai wujud nyata pengamalan nilai-nilai yang kita dapat dari amalan sunnah ini, mari sertai dengan memperbanyak amal kebaikan, salah satunya adalah bersedekah. Kini, sedekah bisa dilakukan lebih mudah melalui lembaga resmi seperti BAZNAS Kota Sukabumi. Yuk, salurkan sedekah terbaik Anda melalui website resmi: https://baznaskotasukabumi.com/
Semoga dengan ibadah yang khusyuk dan sedekah yang ikhlas, Allah memberikan keberkahan hidup, kelapangan rezeki, serta pahala yang terus mengalir hingga akhirat. Aamiin.
Sebagai tambahan referensi, penjelasan singkat mengenai i’tikaf dan keutamaannya di bulan Ramadan juga pernah dimuat di laman resmi BAZNAS Kota Sukabumi. Anda dapat membacanya melalui tautan berikut: I’tikaf dan Keutamaannya di Bulan Ramadan.
