Hidup terasa berat? Temukan nasihat Islam sederhana namun sering dilupakan yang mampu menenangkan hati, menguatkan iman, dan membantu menghadapi ujian hidup.
Dalam perjalanan hidup, hampir semua orang pernah berada pada titik ketika semuanya terasa berat. Kewajiban menumpuk, masalah tidak selesai-selesai, harapan tidak sesuai kenyataan, dan hati terasa sempit tanpa alasan yang jelas. Pada kondisi seperti itu, manusia cenderung mencari pelarian instan: hiburan berlebihan, media sosial, menghindar dari realita, atau bahkan menyalahkan diri sendiri. Namun, Islam sebenarnya sudah memberikan banyak nasihat yang sangat sederhana, tetapi sering kita lewatkan.
Nasihat-nasihat itu bukan hanya berupa teori spiritual, melainkan panduan praktis tentang bagaimana menguatkan hati, mengelola tekanan hidup, dan menemukan ketenangan. Ketika kita memahaminya kembali, kita bisa melihat bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita sendirian dengan beban hidup yang berat.
Ketika hidup terasa menindih, kita cenderung berpikir, “Aku tidak kuat lagi.” Di sinilah nasihat pertama dan paling fundamental dalam Islam berperan sebagai penegasan:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Ayat ini adalah janji pasti dari Sang Pencipta. Ini bukan sekadar kalimat penghibur, melainkan sebuah penilaian ilahi bahwa apa pun yang menimpa kita telah disesuaikan dengan kapasitas dan potensi kita—bukan menurut penilaian manusia, tetapi menurut Zat yang paling mengetahui batas dan kekuatan hamba-Nya.
Refleksi Ulama:
Para ulama tafsir menjelaskan, ayat ini menghapus segala asumsi buruk terhadap Allah. Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa makna ayat ini adalah bahwa Allah Maha Adil dan Maha Penyayang, Dia tidak akan memikulkan beban di luar kemampuan hamba-Nya, baik berupa kewajiban agama maupun ujian dunia. Beban itu bukan hukuman, tetapi potensi yang mengharuskan kita naik kelas dalam iman dan kesabaran.
Banyak dari kita menganggap sabar itu pasif: menunggu tanpa bergerak. Padahal sabar dalam Islam adalah aktif, yaitu terus berusaha sambil menjaga hati agar tetap teguh. Karena itu, Allah mengaitkan sabar dengan sarana komunikasi terdekat dengan-Nya, yaitu salat:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)
Refleksi Ulama:
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa perintah untuk menjadikan salat sebagai penolong menunjukkan bahwa salat adalah cara teragung bagi seorang hamba untuk berkomunikasi dengan Rabb-nya dan menumpahkan segala keluh kesahnya. Ketika salat dilakukan bukan sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi sebagai tempat curhat dan penyerahan terdalam, hidup terasa lebih ringan. Masalah tidak hilang, tetapi hati yang memikulnya menjadi kuat karena disokong oleh kekuatan Allah.

Salah satu penyebab hidup terasa berat adalah pikiran yang penuh kecemasan dan hati yang kalut. Kita mencari ketenangan pada hal-hal fana, padahal nasihat Allah sangat jelas:
“…Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Selain zikir umum, ada pula istighfar (memohon ampunan) yang menjadi kunci pembuka setiap kesempitan:
“Barangsiapa memperbanyak istighfar (memohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan baginya dari setiap kesedihan kelapangan dan dari setiap kesempitan jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Dawud)
Refleksi Ulama:
Imam Hasan Al-Bashri berkata, “Tidak ada penawar bagi hati yang keras selain zikir kepada Allah.” Dzikir, terutama istighfar, adalah solusi ganda. Secara spiritual, ia membersihkan dosa yang mungkin menjadi penyebab musibah. Secara psikologis, ia mengalihkan fokus dari masalah kepada Zat yang Maha Mengatasi masalah, sehingga memunculkan rasa damai yang mendalam.

Dua nasihat ini saling berkaitan erat dalam meringankan beban hidup. Syukur adalah memfokuskan diri pada apa yang masih ada:
“…Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu…” (QS. Ibrahim: 7)
Sementara Tawakal adalah kunci untuk melepaskan kecemasan akibat keinginan mengontrol takdir:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana burung diberi rezeki; ia pergi pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Refleksi Ulama:
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mendefinisikan tawakal sebagai sandaran dan kepercayaan hati yang sebenarnya kepada Allah dalam segala urusan. Syukur dan tawakal adalah kembar: syukur membuat kita melihat nikmat yang ada, tawakal membuat kita tidak cemas terhadap nikmat yang belum datang.
Puncak dari semua kesempitan yang dirasakan jiwa adalah ketika hati jauh dari petunjuk Allah:
“…Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit…” (QS. Ta Ha: 124)
Ayat ini memberi penjelasan mendalam: hati menjadi sempit (ḍankā) bukan semata karena masalah finansial, tetapi karena jauhnya hati dari dzikrullah (peringatan-Ku), yaitu Al-Qur’an dan ajarannya.
Ketika kita kembali membuka Al-Qur’an, kita akan menemukan janji abadi yang menghilangkan keputusasaan:
“Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6).
Refleksi Ulama:
Pakar tafsir seperti Imam Qurtubi dan Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa satu kesulitan (al-‘usr) dijamin akan diapit oleh dua kemudahan (yusran). Ini adalah jaminan mutlak yang mengajarkan optimisme abadi: tidak mungkin ada kesulitan yang berdiri sendiri tanpa disertai, atau diiringi, kemudahan dari Allah.
Ketika kita merasa beban hidup terlalu berat, merenungkan kisah Nabi dan orang saleh terdahulu memberikan perspektif bahwa setiap kesulitan, seberat apa pun, pasti berujung pada kemenangan ilahi.
Ambil contoh kisah Nabi Yunus AS yang ditelan ikan. Dalam kegelapan yang hampir total, beliau memanjatkan doa:
“Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
Ayat setelahnya adalah janji universal Allah:
“Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anbiya: 88)
Refleksi Ulama:
Para ulama menekankan bahwa kalimat “Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman” menunjukkan bahwa ini adalah pola ilahi bagi setiap mukmin. Jika Allah mampu menyelamatkan hamba-Nya dari perut ikan, maka masalah terbesar apa pun yang sedang kita hadapi saat ini, pasti ada jalan keluarnya di sisi-Nya.
Dari seluruh nasihat Islam yang sering kita lewatkan, kita dapat menarik satu pelajaran penting: beban hidup terasa berat karena kita memikulnya dengan hati yang jauh dari petunjuk-Nya.
Kunci untuk melapangkan hati sudah jelas: berpegang teguh pada janji Allah bahwa Dia tidak membebani melebihi kemampuan kita (QS. Al-Baqarah: 286), dan kembali kepada penolong utama kita, yaitu sabar dan salat. Semua kesulitan yang kita alami sudah dijamin oleh Allah pasti berpasangan dengan kemudahan (QS. Al-Insyirah: 5-6).
Mewujudkan nasihat-nasihat ini dalam kehidupan adalah melalui amal saleh. Salah satu amal yang paling efektif untuk meringankan beban jiwa dan melapangkan rezeki adalah sedekah. Sedekah adalah bukti nyata tawakal kita, di mana kita yakin bahwa Allah akan mengganti setiap harta yang dikeluarkan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sedekah itu memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api.” (HR. Tirmidzi)
Saat hidup terasa sempit, cobalah untuk melapangkan hidup orang lain. Kita dapat menyalurkan sedekah dengan mudah melalui lembaga resmi yang terpercaya.
Mari wujudkan iman dan lapangkan rezeki kita dengan berdonasi. Bersedekah kini lebih mudah melalui BAZNAS Kota Sukabumi:
Yuk, tunaikan kewajiban zakat, infak, dan sedekah Anda melalui website resmi: https://baznaskotasukabumi.com/.
Semoga dengan mengamalkan petunjuk-Nya dan bersedekah, kita memperoleh keberkahan, kelapangan rezeki, serta ketenangan hati yang kita cari.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya kunjungi artikel BAZNAS Kota Sukabumi yang mengulas tema Kadang Hidup Terasa Berat? Padahal Ada Nasihat Islam yang Sering Kita Lewatkan
