Merasa jauh dari Allah? Temukan cara sederhana untuk kembali mendekat melalui ibadah ringan namun penuh pahala. Artikel ini membahas dalil Al-Qur’an, hadits, nasihat ulama, serta contoh motivasi yang menginspirasi. Mulailah dari amalan kecil yang konsisten dan rasakan kembali kedamaian iman.
Hampir setiap Muslim pernah merasakan masa ketika hati terasa jauh dari Allah SWT. Ibadah terasa berat, doa seakan tak sampai, dan hati dipenuhi kegelisahan. Padahal, rasa “jauh” itu bukan karena Allah meninggalkan kita, tetapi karena kita yang perlahan menjauh tanpa disadari. Kabar baiknya, kembali mendekat kepada Allah tidak harus dimulai dari ibadah yang berat—justru dimulai dari yang paling sederhana, paling ringan, dan paling mudah dilakukan secara konsisten.
Seringkali, perasaan hampa membuat kita berpikir bahwa Allah telah meninggalkan atau menghukum kita. Padahal, Al-Qur’an dan Hadits menegaskan bahwa Allah senantiasa dekat dengan hamba-Nya.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku…” (QS. Al-Baqarah: 186)
Imam Ibn Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan betapa dekatnya Allah dengan hamba-Nya melalui ilmu-Nya, pengawasan-Nya, dan respons-Nya terhadap doa-doa mereka. Artinya, kedekatan itu selalu ada, tinggal bagaimana kita berusaha kembali membuka jalan menuju-Nya.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah mengungkapkan dalam kitabnya Al-Fawaid:
“Jarak antara seorang hamba dengan Allah adalah jarak antara hatinya dan taubatnya.”
Ini menunjukkan bahwa kembali dekat kepada Allah tidak memerlukan syarat berat, melainkan cukup menghadirkan hati yang ingin kembali (taubat) dan langkah kecil untuk memulai.
Banyak orang ingin kembali dekat kepada Allah, tetapi merasa harus mengejar target ibadah yang tinggi. Padahal, Rasulullah ﷺ justru menganjurkan memulai dari ibadah yang paling mudah tetapi berkelanjutan. Inilah kunci utama dalam merajut kembali kedekatan dengan Sang Pencipta: Istiqamah dalam Kesederhanaan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling rutin (istiqamah) meski sedikit.” (HR. Bukhari)
Imam An-Nawawi, seorang ulama besar mazhab Syafi’i, menjelaskan bahwa rutinitas dalam amalan menetapkan hati, meneguhkan iman, dan membuka pintu keberkahan dalam hidup. Hal yang sedikit namun langgeng akan menumbuhkan akar keimanan yang kuat.
Imam Al-Baihaqi menjelaskan:
“Iman itu bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.”
Saat iman menurun (futur), amalan sederhana adalah cara paling efektif untuk membangkitkannya kembali. Ibadah kecil ibarat “starter” yang menghidupkan kembali mesin hati yang sedang mati suri.

Untuk mengatasi rasa jauh, pilihlah amalan-amalan yang tidak membutuhkan waktu, tempat, atau usaha yang berlebihan, namun memiliki dampak spiritual yang besar.
Ibadah paling sederhana dan paling utama adalah menjaga shalat wajib.
Aksi Sederhana: Mulailah dari membiasakan shalat tepat waktu (di awal waktu jika memungkinkan), walau belum bisa khusyuk sempurna.
Dalil: Rasulullah ﷺ bersabda: “Amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah shalat…” (HR. Tirmidzi)
Nasihat Ulama: Imam Hasan al-Bashri berkata: “Shalatlah kalian walaupun hati kalian lalai. Bisa jadi kelalaian itu nanti akan diangkat Allah perlahan.” Fokus pada kehadiran fisik dulu, khusyuk akan menyusul seiring waktu.
Dzikir adalah ibadah paling ringan, tapi paling besar pahalanya.
Aksi Sederhana: Lakukan zikir yang sangat singkat seperti: Astaghfirullah (memohon ampun), Alhamdulillah (memuji Allah), atau Hasbunallahu wa ni’mal wakil (cukuplah Allah sebagai penolong).
Dalil: Rasulullah ﷺ bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat di timbangan, dan dicintai Ar-Rahman: Subhanallāhi wa bihamdih, Subhanallahil ‘Azhīm.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Motivasi: Zikir ini bisa dilakukan kapan saja: di jalan, saat lelah, saat menunggu, atau ketika hati gundah. Tidak butuh tempat khusus, tapi pahalanya amat besar.

Jangan biarkan Al-Qur’an berdebu.
Aksi Sederhana: Buka mushaf, baca minimal satu ayat setiap selesai shalat fardhu—walau ayat yang sama.
Dalil: Rasulullah ﷺ bersabda: “Bacalah Al-Qur’an, karena ia akan datang memberi syafaat pada hari kiamat bagi para pembacanya.” (HR. Muslim)
Nasihat Ulama: Ibn Mas’ud berkata: “Al-Qur’an itu adalah jamuan Allah. Ambillah darinya sebanyak yang kalian mampu.” Tidak perlu banyak, tapi kuncinya adalah konsisten agar hubungan dengan Kalamullah tidak terputus.
Ibadah sosial juga termasuk amalan yang ringan.
Aksi Sederhana: Bersedekah Rp 1.000 setiap pagi, memberi makan kucing, membantu orang tua di rumah, atau bahkan tersenyum tulus.
Dalil: Rasulullah ﷺ bersabda: “Takutlah kalian dari api neraka walau hanya dengan sedekah sebiji kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Motivasi: Sedekah yang dicatat adalah ketulusan, bukan jumlahnya. Senyum tulus Anda adalah sedekah yang paling ringan, namun mampu mendatangkan kedamaian bagi orang lain dan hati Anda.
Rasa hampa, gelisah, atau kosong bukanlah hukuman; itu seringkali adalah panggilan lembut dari Allah agar kita kembali.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah berkata:
“Ketika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah membuatnya merasa sempit tanpa-Nya, hingga hamba itu kembali kepada-Nya.”
Rasa jauh yang Anda alami adalah ‘getaran’ hati yang menandakan bahwa Anda merindukan kedamaian sejati, dan kedamaian itu hanya ada di sisi Allah.
Kedekatan dengan Allah seringkali diraih bukan dengan lompatan besar, melainkan dengan langkah-langkah kecil yang konsisten:
Diriwayatkan seorang pemuda di zaman Tabi’in merasa hatinya keras dan jauh dari Allah. Ia meminta nasihat kepada Hasan al-Bashri. Beliau hanya berkata: “Bacalah Al-Qur’an meski satu ayat setiap hari.”
Pemuda itu mengikuti. Satu ayat berubah menjadi dua, kemudian tiga, hingga akhirnya hatinya lembut, ibadahnya tegak, dan ia menjadi ahli Al-Qur’an. Perubahannya bukan karena banyaknya ibadah yang dilakukan, tapi karena ketekunan memulai dari yang paling sederhana.
Seorang buruh di daerah Hijaz pernah berkata bahwa ia tidak mampu beribadah banyak karena sibuk mencari nafkah. Namun ia menjaga satu hal: tidak pernah tidur sebelum membaca tasbih 33x, tahmid 33x, takbir 34x (zikir yang diajarkan Rasulullah sebelum tidur). Ulama setempat mengatakan: “Ia mungkin tidak terkenal di bumi, tapi sangat terkenal di langit.” Ibadah kecil dapat membuat seseorang mulia di sisi Allah.
Rasa jauh dari Allah (futur) adalah alarm yang seharusnya memotivasi kita untuk kembali. Jalan untuk merajut kedekatan itu ternyata sangat sederhana: Istiqamah (konsisten) meskipun sedikit.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ: “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling rutin meski sedikit.” (HR. Bukhari).
Jangan membebani diri dengan ibadah yang besar di awal. Mulailah dengan memperbaiki Shalat Wajib, menambah Dzikir singkat seperti $Astaghfirullah$ dan Alhamdulillah$atau membaca satu ayat Al-Qur’an setiap hari. Langkah-langkah kecil yang dijaga ini adalah “starter” yang akan menghidupkan kembali mesin hati Anda.
Untuk mengamalkan nilai-nilai ketaatan secara nyata dan menghapus rasa jauh dari Allah, mari kita tingkatkan amal kebaikan, salah satunya melalui sedekah. Sedekah adalah ibadah ringan yang mampu menghapus dosa dan menjadi bukti ketulusan hati kita dalam bertaubat dan kembali kepada-Nya.
Sebagai bentuk upaya nyata meraih pahala ini, kini Anda dapat bersedekah lebih mudah dan terpercaya melalui lembaga resmi.
Raih pahala jariyah dan rasakan kelapangan hati dengan bersedekah melalui BAZNAS Kota Sukabumi.
Yuk, tunaikan kewajiban zakat, infak, dan sedekah Anda melalui website resmi: https://baznaskotasukabumi.com/.
Semoga dengan ibadah yang konsisten dan sedekah yang tulus, kita senantiasa merasakan kedekatan, keberkahan, dan kelancaran rezeki dari Allah SWT.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya kunjungi artikel BAZNAS Kota Sukabumi yang mengulas tema Rasanya Jauh dari Allah? Mulailah dari Ibadah yang Paling Sederhana
