Wafatnya Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal 11 H menjadi momen bersejarah. Simak kronologi wafatnya, dampaknya bagi umat Islam, serta pelajaran penting yang diwariskan Rasulullah.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW adalah peristiwa paling mengharukan dalam sejarah Islam. Rasulullah SAW, manusia pilihan Allah, akhirnya wafat setelah lebih dari 20 tahun memimpin umat Islam dengan penuh pengorbanan dan kasih sayang. Peristiwa ini tidak hanya meninggalkan duka mendalam, tetapi juga menjadi titik penting yang membentuk arah perjalanan umat Islam selanjutnya.
Setelah menunaikan Haji Wada’ pada tahun ke-10 Hijriah, kesehatan Nabi Muhammad mulai menurun. Beliau mengalami sakit demam tinggi dan sakit kepala hebat. Meski dalam kondisi lemah, beliau masih menyempatkan diri untuk memimpin shalat berjamaah di masjid, hingga akhirnya meminta Abu Bakar menggantikan beliau.
Beberapa hari sebelum wafat, Rasulullah berpindah ke rumah Aisyah RA. Dalam kondisi sakit, beliau masih berpesan kepada umatnya agar menjaga shalat, mempererat persaudaraan, dan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah. Pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H (8 Juni 632 M), Nabi Muhammad SAW wafat di pangkuan Aisyah. Suasana Madinah pun diliputi kesedihan mendalam.
Wafatnya Rasulullah SAW membuat Madinah gempar. Banyak sahabat tidak percaya, bahkan Umar bin Khattab menghunus pedangnya dan bersumpah akan menghukum siapa saja yang mengatakan Nabi wafat. Umar merasa sangat kehilangan sosok pemimpin sekaligus sahabat yang selalu membimbingnya.
Di tengah kepanikan itu, Abu Bakar tampil menenangkan umat. Ia mengutip ayat Al-Qur’an:
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang?” (QS Ali Imran: 144).
Ayat ini menyadarkan umat bahwa Islam bukan bergantung pada sosok Nabi, melainkan kepada Allah SWT yang kekal abadi.
Setelah Rasulullah wafat, muncul pertanyaan besar: siapa yang akan memimpin umat Islam? Kaum Anshar dan Muhajirin sempat berbeda pandangan. Peristiwa penting pun terjadi di Saqifah Bani Sa’idah, tempat para sahabat berkumpul untuk bermusyawarah.
Abu Bakar akhirnya dipilih sebagai khalifah pertama karena kedekatannya dengan Nabi, keteguhan imannya, dan pengalamannya dalam mendampingi Rasulullah sejak awal dakwah. Ia juga dikenal sebagai sahabat yang dermawan, bijaksana, dan paling banyak berkorban untuk Islam. Dengan kepemimpinannya, umat Islam kembali bersatu dan stabil menghadapi tantangan besar setelah wafatnya Rasulullah.
Wafatnya Nabi Muhammad menandai berakhirnya wahyu, tetapi dakwah Islam justru semakin meluas. Abu Bakar menghadapi Perang Riddah untuk menumpas kemurtadan dan pemberontakan suku-suku Arab. Setelah itu, Umar bin Khattab melanjutkan perjuangan dengan melakukan ekspansi besar ke Persia dan Romawi.
Hal ini membuktikan bahwa wafatnya Nabi Muhammad bukanlah akhir, melainkan awal dari kebangkitan peradaban Islam yang memengaruhi dunia hingga kini.
Secara spiritual, umat Islam merasa kehilangan bimbingan langsung dari Rasulullah. Namun, warisan beliau berupa Al-Qur’an dan hadis menjadi pedoman hidup abadi. Para sahabat juga berperan sebagai penjaga ilmu agar ajaran Nabi tidak hilang.
Secara sosial, wafatnya Nabi Muhammad mengajarkan pentingnya persatuan. Jika umat tercerai-berai, kekuatan Islam akan melemah. Karena itu, para sahabat menjaga ukhuwah Islamiyah sebagai amanat Rasulullah.
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat menyiapkan prosesi pemakaman dengan penuh kehormatan. Jenazah beliau dimandikan oleh keluarga terdekat, termasuk Ali bin Abi Thalib, Abbas bin Abdul Muthalib, dan beberapa sahabat lainnya. Rasulullah dikafani dengan kain putih sederhana, menunjukkan bahwa beliau tetap menjunjung kesederhanaan hingga akhir hayat.
Pemakaman Nabi Muhammad dilaksanakan di kamar Aisyah, tepat di tempat beliau wafat. Para sahabat menyalatkan beliau secara bergantian tanpa ada imam khusus, sebagai bentuk penghormatan bahwa tidak ada seorang pun yang layak menjadi imam bagi Rasulullah. Hingga kini, makam beliau berada di kompleks Masjid Nabawi di Madinah, dan menjadi tempat ziarah umat Islam dari seluruh dunia.
Umat Islam di berbagai negara memperingati wafatnya Nabi dengan beragam cara. Ada yang mengadakan majelis dzikir, pembacaan sirah Nabawiyah, dan pengajian khusus untuk mengenang perjuangan Rasulullah.
Peringatan ini bukan sekadar ritual, tetapi juga momen untuk memperkuat iman, meningkatkan ukhuwah, serta meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Warisan Nabi Muhammad tidak berupa harta benda, melainkan nilai-nilai kehidupan. Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar yang tetap terjaga hingga akhir zaman. Sunnah Nabi juga menjadi panduan praktis dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Selain itu, teladan beliau dalam kepemimpinan, kejujuran, dan kepedulian sosial terus menjadi inspirasi. Para sahabat meneruskan perjuangan ini, sehingga Islam dapat tersebar luas ke berbagai penjuru dunia.
Secara teologis, wafatnya Rasulullah menegaskan bahwa beliau adalah manusia biasa yang tidak kekal. Hal ini mengingatkan umat agar tidak menjadikan Nabi sebagai sosok yang disembah, tetapi tetap menjadikan Allah sebagai tujuan utama ibadah.
Selain itu, wafatnya Nabi Muhammad juga menjadi penanda bahwa ajaran Islam telah sempurna. Wahyu Allah sudah disampaikan secara lengkap, sehingga umat tinggal mengamalkan dan menjaga ajaran tersebut. Dengan demikian, wafatnya Nabi bukan akhir, melainkan awal bagi umat untuk menunjukkan ketaatan sejati kepada Allah melalui Al-Qur’an dan sunnah.
Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik:
Kematian adalah kepastian – bahkan Rasulullah pun wafat.
Kepemimpinan harus dilanjutkan – Abu Bakar menjadi contoh pemimpin yang menenangkan umat.
Warisan ilmu lebih berharga dari harta – Nabi meninggalkan Al-Qur’an dan sunnah.
Persatuan adalah kunci kekuatan Islam – perpecahan hanya akan melemahkan umat.
Wafatnya Nabi Muhammad SAW bukan hanya peristiwa duka, tetapi juga momentum besar yang memberikan banyak pelajaran bagi umat Islam. Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa kematian adalah kepastian, persatuan adalah kunci kekuatan, dan warisan ilmu dari Rasulullah jauh lebih berharga dibanding harta. Nabi telah meninggalkan kita Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman hidup, yang akan selalu relevan sepanjang zaman.
Sebagai umat yang mencintai Rasulullah, sudah sepatutnya kita meneladani ajaran beliau dengan memperkuat ibadah, menjaga ukhuwah, dan peduli kepada sesama. Salah satu cara nyata untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah adalah dengan memperbanyak amal kebaikan melalui bersedekah.
Kini, bersedekah bisa dilakukan lebih mudah melalui lembaga resmi seperti BAZNAS Kota Sukabumi. Yuk, salurkan sedekah terbaik Anda melalui website resmi: https://baznaskotasukabumi.com/.
Semoga dengan meneladani Rasulullah, memperkuat iman, dan gemar bersedekah, kita senantiasa mendapat keberkahan hidup, kelapangan rezeki, serta pahala yang terus mengalir hingga akhirat.
Sebagai tambahan referensi, ulasan singkat mengenai wafatnya Rasulullah SAW dan dampaknya bagi umat Islam juga pernah dimuat di laman resmi BAZNAS Kota Sukabumi. Anda dapat membacanya melalui tautan berikut:
Wafatnya Nabi Muhammad SAW: Kronologi dan Dampak bagi Umat Islam.