Yuk jadi munfiq! Artikel ini mengajak kita memahami bahwa infaq sekecil apa pun memiliki manfaat besar, baik untuk penerima maupun bagi kehidupan kita sendiri. Temukan inspirasi, keutamaan, dan cara mudah memulai kebiasaan berinfaq setiap hari.
Di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, kita sering disibukkan dengan berbagai kebutuhan: pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan impian-impian pribadi. Namun, di balik kesibukan itu, ada satu amalan sederhana namun sangat berharga yang sering terlupakan—infak. Padahal, menjadi munfiq (orang yang gemar berinfak) bukan hanya ibadah yang ringan dilakukan, tetapi juga membawa manfaat yang jauh lebih besar dari yang kita bayangkan.
Banyak orang merasa infak harus besar jumlahnya agar berarti. Paradigma ini tak jarang membuat banyak dari kita yang merasa “belum mampu” atau “belum cukup kaya” untuk menjadi seorang munfiq. Padahal, dalam ajaran Islam, nilai suatu amal tidak ditentukan dari besar-kecilnya nominal, tetapi dari keikhlasan niat dan kemauan untuk berbagi, meskipun sedikit. Inilah keindahan ajaran Islam: siapa pun bisa menjadi pribadi yang bermanfaat.
Secara bahasa, infak berasal dari kata “anfaqa” yang berarti membelanjakan atau mengeluarkan harta. Dalam konteks syariat, infak adalah mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki di jalan kebaikan, baik wajib maupun sunnah. Inti dari infak adalah keyakinan yang mendalam bahwa rezeki yang kita miliki adalah titipan, dan dengan mengeluarkannya, rezeki tersebut tidak berkurang, melainkan justru akan diganti dan diberkahi oleh Allah SWT.
Inilah pilar keyakinan seorang munfiq, sebagaimana Allah SWT berfirman:
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
Artinya: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan (infakkan), maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba: 39)
Ayat ini memberikan jaminan langsung. Seorang munfiq tidak perlu khawatir hartanya habis, sebab yang keluar akan diganti, dan ganti dari Allah adalah yang terbaik, baik berupa harta di dunia maupun pahala berlipat ganda di akhirat.
Konsep bahwa infak kecil memiliki manfaat besar ditegaskan dalam banyak dalil. Allah SWT tidak membebankan umat-Nya di luar batas kemampuan, dan Ia justru mengapresiasi upaya terbaik dari setiap hamba-Nya.
Allah SWT menjelaskan betapa mulianya perbuatan ini, menegaskan bahwa infak memiliki efek luar biasa:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Ayat ini, menurut para ulama tafsir seperti Imam Ibnu Katsir, merupakan motivasi bagi umat Islam untuk berinfak karena balasannya sungguh tak terbatas, melambangkan pertumbuhan yang luar biasa dari sekecil-kecilnya benih kebaikan.
Rasulullah SAW secara eksplisit menganjurkan umatnya untuk berinfak walau dalam jumlah yang sangat kecil, sebagai tameng dari api neraka.
Dari ‘Adiy bin Hatim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walau hanya dengan (infak) separuh biji kurma.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama seperti Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim, menunjukkan bahwa keikhlasan dalam beramal—sekecil apapun amalnya—dapat menjadi penyelamat di akhirat. Infak yang berupa “separuh biji kurma” adalah representasi dari infak yang paling minimal, namun dampaknya maksimal.
Nilai infak yang kecil bukan masalah, yang penting adalah istiqamah (kontinu).
“Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang kecil tapi rutin jauh lebih berarti daripada yang besar tapi hanya sesekali.

Infak yang kecil dan rutin, yang dikeluarkan dengan keikhlasan, memiliki manfaat yang jauh melampaui nominalnya:
Infak membersihkan harta dari hak-hak orang lain yang mungkin tercampur, sekaligus mensucikan jiwa dari penyakit kikir (bukhul).
Rasulullah SAW bersabda, “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api.” (HR. At-Tirmidzi)
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah menekankan bahwa infak merupakan sebab turunnya rahmat Allah dan penolak berbagai macam bala dan musibah.
Jika infak yang kecil itu disalurkan untuk kepentingan umum yang berkelanjutan (misalnya sumur, Al-Qur’an untuk masjid, beasiswa), ia akan berubah menjadi pahala yang terus mengalir (amal jariyah) meskipun munfiq tersebut telah meninggal dunia.
Rasulullah SAW bersabda: “Ketika manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Setiap pagi, dua malaikat turun. Salah satunya berdoa khusus untuk orang yang berinfak, memohon penggantian dan keberkahan harta.
“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah ganti pada yang gemar berinfak. Malaikat yang lain berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah.’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Infaq melatih kita untuk peduli terhadap sesama. Dengan rutin berbagi, hati menjadi lembut, jauh dari sifat kikir dan egois. Dengan berinfak, kita ikut meringankan beban orang lain—baik yatim, dhuafa, korban bencana, hingga pendidikan—sekaligus berkontribusi membangun masyarakat yang saling menolong.
Para ulama salaf dan kontemporer senantiasa mengajarkan bahwa infak terbaik adalah yang dikeluarkan dengan penuh keikhlasan, tersembunyi, dan sesuai dengan kemampuan.
Imam Fudhail bin Iyadh (salah satu ulama tabi’in) pernah berkata: “Amal yang paling ikhlas adalah yang paling benar dan paling ikhlas. Jika amal itu ikhlas namun tidak benar, maka tidak diterima. Jika amal itu benar namun tidak ikhlas, maka tidak diterima. Amal yang diterima adalah yang benar dan ikhlas.”
Dalam konteks infak, jumlah kecil yang ikhlas jauh lebih berat timbangannya di sisi Allah daripada jumlah besar yang dibarengi riya’ (pamer). Bersedekah bukan tentang kemampuan, melainkan tentang kemauan.
Menjadi munfiq tidak harus menunggu kaya. Siapa pun bisa memulainya hari ini.
Bayangkan jika seseorang berinfak Rp1.000 setiap hari. Dalam sebulan menjadi Rp30.000. Dalam setahun Rp365.000. Jika kebiasaan kecil ini dilakukan oleh jutaan orang, dampaknya sangat besar bagi masyarakat.
Langkah Sederhana:
Sisihkan dari awal: Setiap menerima rezeki (gaji, bonus, uang jajan), sisihkan 1–5% khusus untuk infak.
Mulai dari yang ringan: Gunakan celengan atau kotak khusus infak, masukkan uang receh atau nominal kecil secara rutin.
Libatkan keluarga: Mengajari anak tentang infak sejak kecil membuat mereka tumbuh menjadi pribadi dermawan.
Menjadi munfiq juga dapat dilakukan dengan infak non-materi:
Memberikan makanan atau minuman sederhana.
Menyumbangkan pakaian layak pakai.
Memberikan waktu dan tenaga untuk membantu orang tanpa pamrih.
Ilmu yang bermanfaat yang diajarkan kepada orang lain.

Menjadi Munfiq—seorang yang gemar berinfak—bukanlah panggilan bagi orang kaya raya, melainkan panggilan bagi setiap jiwa yang beriman. Artikel ini menegaskan bahwa nilai infak tidak diukur dari besar kecilnya nominal yang dikeluarkan, melainkan dari keikhlasan niat dan istiqamah (konsistensi) dalam beramal.
Sebagaimana janji Allah dalam QS. Al-Baqarah: 261, infak yang kecil pun berpotensi dilipatgandakan pahalanya hingga 700 kali lipat, bahkan lebih. Janji Nabi SAW bahwa sedekah dapat menghapus dosa dan menjadi tameng dari api neraka, bahkan dengan separuh biji kurma (HR. Bukhari dan Muslim), harus memotivasi kita bahwa tidak ada alasan untuk tidak berinfak.
Infak kecil yang dikeluarkan secara rutin adalah praktik nyata dari ajaran ulama yang menekankan pentingnya amal yang kontinu. Ia adalah investasi akhirat (amal jariyah) dan sarana untuk meraih keberkahan, pembersihan hati, serta kelapangan rezeki di dunia ini.
Sebagai wujud nyata pengamalan nilai-nilai kebaikan yang diperintahkan dalam Islam, kita diajak untuk memperbanyak amal kebaikan, salah satunya dengan bersedekah dan berinfak.
Kini, bersedekah bisa dilakukan lebih mudah dan terpercaya melalui lembaga resmi seperti di BAZNAS Kota Sukabumi.
Jangan tunda lagi! Mari kita wujudkan niat baik menjadi aksi nyata. Infak Anda, sekecil apa pun, akan menjadi bekal terberat di hari perhitungan dan memberikan manfaat besar bagi masyarakat yang membutuhkan di sekitar kita.
Yuk, salurkan infak terbaik Anda melalui BAZNAS Kota Sukabumi! Kunjungi website resmi mereka untuk informasi dan penyaluran sedekah: https://baznaskotasukabumi.com/
Semoga dengan menjadi munfiq yang istiqamah dan menunaikan sedekah melalui jalur yang terpercaya, kita memperoleh keberkahan, kelapangan rezeki, serta pahala yang terus mengalir hingga akhirat.
Untuk referensi bacaan singkat lainnya kunjungi artikel BAZNAS Kota Sukabumi yang mengulas tema Yuk Jadi Munfiq: Infaqmu Mungkin Kecil, Tapi Manfaatnya Besar
